MEDAN - Bila kita mengikuti berita Muscab Forki Medan, kita sebagai insan karate di Medan tentunya merasa sedih dan prihatin. Sebab, kita menilai kondisi seperti itu tidak seharusnya terjadi, bila semua pihak tetap memegang teguh janji karate sebagai landasan falsafah karate. Dan, juga bila semua pihak lebih mengutamakan pembinaan yang berkelanjutan kepada atlit-atlit karate yang di Medan, diketahui sangat besar jumlahnya.
Dalam Muscab, dari 23 perguruan karate yang terdaftar, hanya 12 perguruan yang mengikuti Musca.b Bahkan infonya, 2 statusnya hanya sebagai peninjau. Di sisi lain diperoleh, ada 12 perguruan yang menyatakan sikap bahwa Muscab yang dilaksanakan tidak sah. Dan, menyatakan menolak seluruh hasil Muscab, Dan secara tegas menolak Ketua Umum Forki Medan terpilih.
Hal ini disampaikan pemerthati olahraga terkhususnya cabang Karate DR. Zulkarnain, M.Si. kepada Wartawan, Sabtu 7 Oktober 2023. menurutnya, bila diamati awal kericuhan di tubuh Forki Medan, dipicu oleh proses penjaringan calon ketua Forki yang dianggap tidak profesional, Bahkan, jauh dari solidaritas dan rasa kekeluargaan yang seharusnya ada.
"Diketahui Forki adalah infrastruktur yang diperlukan agar mampu mengoptimakan sumber daya dan diperlukan pembinaan atlet secara berjenjang. Kalau sudah seperti ini, apa yang bisa dilakukan Forki Medan kedepan." terangnya.
Zul juga menjelaskan, membangun olah raga, butuh kolaborasi besar dan bersatupadu dari seluruh stakeholder yang ada. Oleh karenanya, memang dibutuhkan kepemimpinan mumpuni untuk menggerakkan program kerja organisasi. Persyaratan pokoknya tentu seluruh perguruan harus bergandengan tangan secara erat dan satu misi untuk mewujudkan prestasi-prestasi hebat karate kota Medan.
"Forki adalah wadah bersatunya seluruh perguruan, menyusun program kerja dan melaksanakannya secara bersama sama dengan hatinya karate. Bisa dibayangkan kalau sebahagian besar perguruan tidak berada dalam satu perahu Forki. Jadi, Forki mau mengurus apa sebab yang mau di urus di luar Forki. Inilah esensi perlunya Forki, kompak dan bangga dengan kebersamaan dan kekeluargaan yang dimiliki."ujar Zul yang juga merupakan pembina di salah satu perguruan karate di Sumatera Utara.
Oleh karenanya, kisruh di tubuh Forki satu keniscayaan. Sudah pasti tidak bisa menghimpun sumber daya yang diperlukan, sekaligus menjalankan program kerja secara optimal. Seluruh konsekuensi keadaan tersebut, paling dirugikan adalah pembinaan atlit, padahal, secara tradisi kota Medan dikenal gudangnya atlit karate potensial.
"Kalau kita masih mengatakan, "Aku Karate", tentunya ini harus segera dibenahi dengan menyatukan seluruh potensi yang ada. Organisasi tidak boleh dijalankan hanya dangan aturan-aturan formal saja ( terlepas apakah telah dijalankan scara benar atau tidak). Tetapi, harus dilengkapi moralitas, etika dan komitmen membangun karate yang hebat. Bila ini yg dilakukan akan membangun legitimasi dan kepercayaan besar dari seluruh stakehoder karate kepada Forki Medan. Melalui kepercayaan itulah, Forki akan efektif menjalankan visi misi dan program kerjanya."paparnya
Apa yang harus dikerjakan sekarang, terlebih pihak-pihak yang memiliki kewenangan mengabsahkan, dan melakukan pembinaan kepada Forki Kota Medan. Mendorong rekonsiliasi besar, sehingga seluruh perguruan bersatu padu dalam Forki. Dan, bekerja sekuat tenaga melahirkan prestasi karate kota Medan di tingkat nasional dan Internasional. Dengan membuang seluruh kepentingan kelompok, jangka pendek dan ego masing-masing yang sebenarnya ditonton entitas karate hanya seperti dagelan dan lolucon yang ngak perlu dipertontonkan.
Yuuk bangun kolaborasi karate kota medan tuk prestasi hebat..Osh