-->

Cinta Ditolak, Dukun Bertindak - Politik Ditolak, Santet Pun Bergerak

Kita masih bisa membaca strategi Kuda Kepang Presiden Prabowo sebagai langkah yang membingungkan strategi Kuda Troya dari Rezim Oslo. Perilaku Kuda Ke

Editor: PoskotaSumut.id author photo

Oleh: Awaluddin Thayab

Prolog

Kita masih bisa membaca strategi Kuda Kepang Presiden Prabowo sebagai langkah yang membingungkan strategi Kuda Troya dari Rezim Oslo.
Perilaku Kuda Kepang, kapan sadar dan kapan kesurupan masih bisa dikenali dari dentang gamelan, gerak tari, dan pola langkahnya.

Namun, ketika “dukun sudah bertindak”, segala sesuatu menjadi kabur. Sulit membaca siapa yang bermain di balik layar, kecuali bagi mereka yang mampu menganalisis dalam-dalam.
Dan dari situ, setidaknya ada tiga kemungkinan:

  1. Benar-benar kena santet politik.

  2. Sedang memainkan taktik psikologi lawan: digampar dulu, lalu bekas gamparannya dielus-elus.

  3. Sedang memancing emosi rakyat, untuk kemudian menjadikannya alasan memukul lawan politik dengan dalih “atas kehendak rakyat”.

Barangkali semua ini sedang terjadi pada Presiden.

Ambil Alih Tanggung Jawab

Kasus WHOOSH (KCIC) tiba-tiba mencuat dengan aroma mega korupsi.
Nilai proyek disebut-sebut jauh lebih mahal dari Jepang, sementara bunganya lebih tinggi berkali lipat 2 persen dibandingkan 0,1 persen dari Jepang.
Di balik bunga 20 kali lipat itu, tercium adanya permainan rente jangka panjang rente yang mungkin dinikmati hingga 60 tahun ke depan.

Menkeu Purbaya sempat menegaskan tak akan membayar melalui APBN.
Namun tiba-tiba Presiden berteriak: “Saya ambil alih persoalan WHOOSH!”
Reaksi publik pun merebak. Apresiasi terhadap ketegasan Presiden dalam memberantas korupsi perlahan memudar.

Sindiran Presiden soal para jenderal rakus dan kapal keruk sempat disambut positif rakyat. Tapi kini, kepercayaan itu tergores oleh kekecewaan.
Presiden tampak marah pada mereka yang masih mencoba mengatur dari belakang layar mereka yang bermuka manis, tapi berbelati di tangan.

Namun, siapa takut?
Macan ompong bukan lagi raja hutan. Yang tersisa hanya aumannya.

Melihat Secara Objektif

Kita tetap harus objektif. Sebagai kepala negara, wajar jika Presiden mengambil alih tanggung jawab dalam kasus yang melibatkan China, apalagi setelah Menkeu dan Lord Luhut bersilang pendapat.

Sampai saat ini:

Presiden belum menyatakan akan membayar proyek itu dengan APBN.

Presiden tidak menutup kasus dugaan mega korupsinya.

Presiden belum menjelaskan langkah penyelesaian yang akan ditempuh.

Rakyat perlu membaca ini dengan jeli.

Menurut informasi, Presiden sempat berkonsultasi dengan seorang tokoh nasional kawakan.
Setelah itu, Ignasius Jonan, mantan Menteri Perhubungan yang dulu dipecat oleh Jokowi, dipanggil ke Istana.
Kabarnya, ada beberapa langkah strategis yang disiapkan, tapi tak boleh bocor ke pihak tertentu.

Di sisi lain, Presiden mulai “mengandangkan pemain lama” yang bermain dua kaki.
Dan Menkeu Purbaya, sang cowboy, tampak mendapat dukungan penuh dari sang Sherif di belakangnya.
Serangan terhadap para bandit kapal keruk pun makin frontal.

Apalagi, ketika Purbaya menyinggung soal Danantara, di mana keponakan sang Lord disebut-sebut berada di dalamnya.
Maka tak heran, sang Lord kini kebakaran jenggot.

Barang Busuk

Di dunia ini, pemakan barang busuk itu cuma dua:
di darat predator rakus, di air buaya.

Kesimpulan

Kita tunggu langkah selanjutnya dari Presiden Prabowo.
Apakah benar, seperti kata Said Didu, ini hanya fatamorgana?
Atau justru strategi Kuda Kepang yang sedang mengelabui Kuda Troya menuju “Game Over”?

Sepuluh anggota Tim Reformasi Polri sudah dilantik.
Banyak yang sinis melihat keterlibatan Kapolri dan Mendagri. Tapi bisa jadi, itu justru taktik untuk “mengandangkan” mereka agar terikat pada keputusan tim.
Langkah ini bisa menjadi strategi psikologis untuk membaca arah gerak Rezim Oslo dan ParCok.

Namun Prabowo harus berhitung cermat:
memainkan psikologi politik boleh saja, tapi jangan sampai melewati batas kesabaran rakyat.
Jika tidak hati-hati, pemerintahan ini bisa dinepalkan tumbang oleh rakyatnya sendiri.

Epilog

Jika Menkeu Purbaya memang disiapkan sebagai tumbal, lebih baik ia mundur.
Selamatkan diri dari pemerintahan yang “pagi kedelai, sore tempe”, atau seperti kata Said Didu: “pemimpin fatamorgana.”

Prabowo, seperti kata Jenderal Purn Fachrur Razi, mungkin masih dalam strategi Kuda Kepang-nya.
Dan jangan lupa, Prabowo tak punya utang budi pada Jokowi.
Ia menjadi Presiden lewat strategi Sandhy Yudha, bukan karena belas kasihan.

Bahkan ketika diserang Kuda Troya, mungkin kini ia juga diserang secara ghaib—oleh dukun politik.

Sebab, ketika “politik ditolak, dukun santet bertindak.”
Dan jika dukun sudah turun tangan?

Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.
Semoga Allah melindungi Presiden.

Saya hanya menyajikan.
Selanjutnya, terserah Anda.

Share:
Komentar

Berita Terkini