PAKPAK BHARAT – Kabupaten Pakpak Bharat, tanah leluhur suku Pakpak yang kaya akan budaya dan tradisi, kini memasuki babak baru dengan hadirnya dua batalyon teritorial, yakni Yonif 906/Sanalenggam dan Yonif 908/Gajah Dompak.
Penempatan dua satuan baru ini merupakan bagian dari rencana pembangunan batalyon teritorial oleh pemerintah, yang diharapkan dapat memperkuat pertahanan wilayah sekaligus mendorong ketahanan pangan dan pembangunan daerah.
Penerimaan Hangat dari Suku Pakpak
Suku Pakpak yang mendiami wilayah Pakpak Bharat, Dairi, Humbang Hasundutan, hingga Tapanuli Tengah, dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi nilai gotong royong, harmoni, serta penghormatan terhadap alam dan leluhur.
Kehadiran dua batalyon tersebut disambut hangat oleh masyarakat setempat sebagai bentuk dukungan terhadap upaya pemerintah memperkuat pertahanan nasional di wilayah perbatasan.
Lembaga adat Sortagiri, yang terdiri dari Soritandang, Sorigigi PB3I, dan Punguten Sori, menyatakan dukungan penuh atas pendirian batalyon 906 dan 908 yang direncanakan berlokasi di Kuta Jungak dan Binanga Boang.
Bagi masyarakat Pakpak, penerimaan ini bukan sekadar formalitas, melainkan cerminan semangat hidup berdampingan dan berkontribusi untuk kemajuan bersama.
Peran Pemangku Ulayat Sortagiri di Suak Simsim
Dalam proses pembangunan batalyon, penghormatan terhadap hak-hak adat menjadi hal penting.
Pemangku ulayat di Suak Simsim, Kabupaten Pakpak Bharat, yakni Sortagiri yang diwakili oleh keturunan marga Padang, Berutu, dan Solin , memegang tanggung jawab atas tanah ulayat Banua Harhar Suak Simsim, sesuai dengan amanat Pasal 18B UUD 1945 dan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960.
Melalui rapat terbatas, Sortagiri menegaskan dukungannya terhadap pembangunan tersebut, dengan catatan setiap proyek harus menghormati hak ulayat dan melibatkan masyarakat adat dalam prosesnya.
Langkah ini menjadi contoh bagaimana kearifan lokal suku Pakpak dapat berjalan seiring dengan agenda pembangunan nasional.
Usulan Penamaan Batalyon Berdasarkan Kearifan Lokal Pakpak
Meskipun mendukung penuh, masyarakat adat mengusulkan agar penamaan batalyon disesuaikan dengan identitas budaya Pakpak.
Nama seperti “Gajah Dompak” dan “Sanalenggam” dinilai lebih mencerminkan budaya Batak Toba, bukan Pakpak.
Oleh karena itu, sejumlah tokoh adat menyarankan penggunaan nama yang lebih mewakili jati diri lokal, seperti:
Yonif 906/Rempu Riar (golok pusaka suku Pakpak),
Yonif 908/Kujur Sinane (senjata tradisional Pakpak), atau Yonif 908/Pertaki (nama pemimpin lebbuh suku Pakpak).
Usulan ini bukan semata perubahan simbolik, tetapi bentuk penghargaan terhadap nilai-nilai luhur Pakpak: “Mertampuk Bulung, Merbenna Sangkalen, Mersidasa Ugasen”, hidup rukun, bekerja bersama, dan menjaga kehormatan.
Dengan nama berbasis kearifan lokal, keberadaan batalyon tidak hanya menjadi simbol kekuatan militer, tetapi juga simbol kebanggaan etnis dan nasional yang memperkuat rasa persatuan di Tanah Pakpak.