MEDAN - Dunia Komunitas Karate Sumatera Utara, Khususnya kota Medan mengalami duka mendalam. Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (Forki) Sumut dan Medan, yang seharusnya menjadi tempat menciptakan atlet-atlet karate berprestasi baik di kancah Nasional maupun Internasional. Tidak mendukung digelarnya Open Tournament Karate Championship Sister City Cup II 2023. Dengan tidak memberikan rekomendasi.
Hal ini disampaikan Nofri Gentawan. S.Kom, saat dijumpai di tempat latihan Singa Dojo Karate, Jum'at 17 November 2023. Menurutnya, seharusnya Forki Sumut dan Medan dapat bekerjasama dengan Pemerintahan Kota Medan selaku penyelenggara even ini dalam menciptakan atlet-atlet yang berprestasi.
"Dunia komunitas Karate Sumatera Utara umumnya, Medan khususnya, belum pernah menikmati kejuaraan karate kelas internasional dengan prasarana, sarana yang memadai. Inilah kesempatan yang berharga, sebab, sudah puluhan tahun even sekelas ini di Sumatera Utara, khususnya kota Medan. kita apressiasi yang tinggi buat Pemko Medan, ini menunjukkan bahwa sebenarnya karate adalah cabang olahraga yang penting bagi Pemko Medan."terangnya.
Namun, kita sedih dan berduka cita karena hal-hal yang bersifat administratif menjadi penghambat Pemko Medan melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam menyelenggarakan kejuaraan karate Sister City Cup II tahun ini.
Sederhana sekali alasannya, Forki Medan dan Forki Sumut tidak bersedia memberikan rekomendasi kepada panitia penyelenggara untuk menyelenggarakan kejuaraan tersebut. Jika diamati akar masalahnya dari informasi yang diperoleh, Forki Medan tidak bersedia mengeluarkan rekomendasi.
Sehingga Forki Sumut juga tidak bersedia mengeluarkan rekomendasi. Rekomendasi itu kan hanya surat yang bermaksud mempercayakan, sambil memberikan beberapa saran dan masukan agar penyelenggaraannya semakin berkualitas.
Dijelaskan Nofri, penyelenggara kejuaraan ini adalah EO yang memenangkan tender umum dengan kualifikasi teknis dan keuangan yang dinilai paling layak untuk menyelenggarakan kejuaraan ini. Jadi, tidak mempercayai bahwa EO mampu menyelenggarakan kejuaraan dengan baik adalah tindakan yang tidak bisa diterima logika apapun.
"Apapun alasan kita hari ini, kegagalan pelaksanaan kejuaraan ini adalah kerugian bagi anak-anak karena pada dasarnya anak-anak ingin bertanding. Alasan Forki Sumut tidak mengeluarkan rekomendasi karena belum ada rekomendasi dari Forki Medan juga tidak tepat."ucapnya
Informasi yang kita terima, bahwa panitia penyelenggara Kejuaraan telah melakukan korespondensi dan audiensi dengan intens, dengan Forki Sumut dan Forki Medan. Sehingga, saya berpendapat, masalahnya adalah tidak ada kesepakatan panitia dan Forki.
Pilihan panitia untuk membatalkan kegiatan pasti pilihan berat karena dipastikan akan ada kerugian baik moral maupun material karena proses pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan tender dari Pemko Medan.
Kalau kita membuka kalender even karate secara nasional hampir setiap minggu ada even open turnamen karate yang pesertanya didorong datang dari berbagai daerah.
Sebagaimana beberapa perguruan karate di kota Medan, terpaksa mengirimkan atletnya untuk eksibisi ke luar daerah bahkan sampai ke luar negeri. Sebab, di kota Medan sangat terbatas kejuaraan karate yang mungkin dipengaruhi oleh anggaran yang kurang cukup.
Jadi membatasi domisili atlet yang boleh ikut kejuaraan hanya dari Kota Medan sama artinya menurunkan kualitas kejuaraan karena hanya diikuti oleh atlet Kota Medan yang sebenarnya sudah sering bertemu. Yang dibutuhkan justru adalah bertanding dengan atlet yang berkualitas dari berbagai daerah lainnya khususnya seluruh atlet di Sumatera Utara.
"Jadi, apapun alasannya, komunitas karate pasti sedih, kesal, marah, kecewa dengan cara berorganisasi dan mengurus organisasi olahraga seperti itu. Sebagai insan karate, tentunya kita berharap, kejadian itu tidak berulang kembali, dan berharap Pemko Medan tidak ogah untuk kembali menyelenggarakan kejuaraan karate yang berkualitas seperti Sister City dan IMT-GT yang cukup sukses diselenggarakan sebelumnya. Namun, kalau ada yang berpotensi menghalangi, ya melalui induk olah raga seperti KONI dan Dispora, seyogianya dapat mendorong agar ada perbaikan."jelasnya.
Ditambahkannya, sebagai pencinta olah raga karate, saya mencoba melihat kejadian beberapa bulan yang lalu bahwa perguruan yang berada di bawah Forki Medan menjadi 2 kubu, dimana beberapa perguruan mendukung hasil muscab, tetapi ada 12 perguruan yang menolak hasil muscab.
Hal ini mesti diperbaiki karena masa depan anak-anak harus dilanjutkan dengan mengesampingkan kepentingan apapun.
"Saya yakin bahwa Sister City Cup II tidak ada hubungannya dengan pelaksanaan muscab Forki Medan, tetapi ini jadi jawaban bahwa kepengurusan sebuah organisasi harus dengan kebenaran yang hakiki."katanya
Ada kata-kata aneh dan sebenarnya sebagai kata kunci dari tidak keluarnya rekomendasi, yaitu “tidak ada kesepakatan”. Lucu, masalah administratif mengapa berhubungan dengan masalah kesepakatan teknis kejuaraan yang sudah diserahkan kepada EO, dan dalam proposal EO jelas dicantumkan penyelenggaraan kejuaraan menggunakan regulasi WKF.d
Kita berharap, apapun jabatan kita dan apapun kemampuan yang kita miliki, marilah kita dahulukan pembinaan prestasi atlet, karena atlet kita yang akan mengharumkan nama Medan dan Sumatera Utara.
Sepertinya ada kelompok yang "gagal paham" tentang maksud dan tujuan kejuaraan ini diselenggarakan yang sebenarnya. Bila dibaca dengan benar, diorientasikan dalam rangka lingkup regional, nasional, bahkan internasional, karena itu, panitia juga berusaha mendapatkan rekomendasi dari PB Forki, bahkan meminta wakil dewan wasit hadir langsung dalam kejuaraan untuk memonitor langsung pelaksanaan kejuaraan dengan biaya panitia.
Kita tunggu saja apa yang bisa dihadirkan Forki agar atlet karate Sumatra Utara dan Medan dapat menikmati kejuaraan karate yang seharusnya memang harus mereka dapatkan.tutupnya